1⃣ Mukjizat Keindahan Al Qur’an
Kalaulah mau dipikir sejenak.
Ternyata, mukjizat seorang nabi itu umumnya sesuai dengan sesuatu yang
tengah populer di kalangan kaum tersebut.
Sebutlah, Nabi Musa. Kala itu sihir sedang marak-maraknya, maka coba tengok mukjizatnya. Tongkatnya bisa bermacam guna.
Atau
pula, Nabi Isa. Pada zamannya, pengobatan ialah yang utama. Maka, coba
perhatikan mukjizatnya. Menyembuhkan orang sakit, bahkan pula bisa
menghidupkan kembali orang mati atas izin Allah ta’ala.
Beda
halnya dengan zaman nabi kita, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam. Syair begitu didamba. Seseorang bisa naik dan turun
derajatnya, tersebab sajak yang tertuju pada dirinya. Ditengah antusias
yang tinggi terhadap syair; turunlah mukjizat mulia berupa Al Qur’an,
yang membuat setiap kafir Quraisy tercengang karena keindahan
bait-baitnya. Penyair mana yang tak takjub dengan keindahan bahasa Al
Qur’an..
Lalu, seperti apakah keindahannya?
📌Jawabannya; Tahan Dulu Penasarannya, Yuk Kita Belajar Bahasa Arab : )
---
2⃣ Sebegitu Menakjubkan- kah Bahasa Al Qur’an…?
Nama
Umar bin Khattab mengabadi dalam pembahasan ini. Keras hati-nya
meleleh, ketika mendengarkan bait-bait lembut yang penuh kesejukan. Ia
takjub dengan bahasa Al Qur’an. Hingga ia nyatakan diri untuk masuk
Islam.
Ada lagi, seorang perampok sangar. Dikisahkan, saking
tangguhnya; sampai-sampai dalam operasi perampokkannya, ia tak lagi
butuh partner dan tim. Akan tetapi, masih ada secercah cahaya di
hatinya. Ia bertaubat sebab mendengar kutipan ayat Qur’an. Bahkan
setelah taubatnya itu, beliau menjadi ulama yang sangat diakui
keilmuannya. Benar sekali tebakanmu; Fudhail bin Iyadh namanya.
Masyaa
Allah, Orang yang dulunya 'sekeras' Umar, 'sesangar' Fudhail; menjadi
tersentuh bertaubat setelah mendengar ayat al Qur’an. Bacaan Qur’an
begitu membuat mereka merasakan nafas-nafas hidayah dan keimanan. Mana
mungkin hati mereka bisa bergetar ketika mendengar ayat al Qur’an, bila
Bahasa Arab mereka tak faham. Kuncinya, bahasa arab harus faham.
Kemudian,
coba tanya, kapan terakhir hati kita bergetar setelah mendengar ayat al
Qur’an? Pula, kapankah tiba masa dimana kita bisa memaknai Al Qur’an di
dalam hati yang mendalam?
📌Jawabannya; Tahan Dulu Penasarannya, Yuk Kita Belajar Bahasa Arab : )
---
3⃣ Doa-Doa dan Bacaan Shalat Jadi Lebih Terhayati
Siapakah diantara kita yang tak merindu untuk bisa khusyuk dalam shalatnya?
Ketahuilah,
syarat agar kita bisa khusyuk dalam shalat ialah dengan memahami apa
yang kita ucapkan. Kapankah kita akan; menangis ketika membaca surah
Qaf, Berhikmah kala membaca kisah kisah , dan berseri kala Allah
berfirman Surga, dan berkhawatir diri kala Allah berfirman tentang
adzab-Nya; manakala kita tak tau apa yang kita baca dalam shalat kita..
Kita juga baru tahu, ternyata ada hubungan terkait antara gerakan dan bacaan.
Sujud misalnya.
Kita
rendahkan kepala kita. Mencium bumi serendah-rendahnya. Untuk apa?
Untuk mengakui bahwa Allah Maha Tinggi. Sehingga setulus hati, kan kita
resapi tuk ucapkan, “Subhaana Rabbiyal a’laa.”
Lalu, bicara soal
doa. Seberapa banyak doa kita mengerti maknanya. Bagaimana pula bila
kita tak paham apa yang kita pinta? Ucapkan sembarang “aamiin” bukan
pada tempatnya. Lalu dimana jarak ijabah dengan segala pinta?
Kemudian,
timbul tanya, kapan bisa merasakan manisnya ibadah? kapan kiranya bisa
meresapi segala bacaan doa dan menghayati bacaan dalam shalat kita?
📌Jawabannya; Tahan Dulu Penasarannya, Yuk Kita Belajar Bahasa Arab : )
---
4⃣ 'Afwan Jiddan, Kita Akrab ber-Bahasa Arab
Bertutur
guru bahasa Indonesia saya; Bu Baruna. Bahwa, kata dalam bahasa
Indonesia itu menyerap 30% dari bahasa Arab. Banyak sekali, serapan kata
dalam perbincangan kita.
Bahkan, tidak hanya yang berbau ‘serapan’. Tak jarang, justru kita malah memakai murni Arab sendiri dalam keseharian.
Misal pada kalimat; “Assalamu’alaykum, ukhti” ,
“Insya Allah, ana mau ta’aruf” atau
“Afwan jiddan, ana tolak antum”.
Eits, baru saja sepertinya kami menulis kata yang janggal. 'Afwan Jiddan.
Kata ini memang akrab di telinga dan lisan. Padahal, dalam bahasa arab, lafazh macam ini tidaklah dikenal.
Kata 'afwan merupakan maf’ul muthlaq, yang mana kata kerjanya dihapus.
Awalnya,
kalimatnya berbunyi, “Asta’fikum ‘Afwan.” Kemudian agar simpel,
dihapuslah subjek dan kata kerjanya. Jadilah sebutan ‘Afwan’.
Sejatinya,
kata ‘afwan’ sendiri sudah bermakna “Saya minta maaf bangeet”. Jadi
kalau ada yang bilang ‘Afwan Jiddan’, artinya jadi; “Saya minta maaf
banget bangeeett”, Ah, terlihat berlebihan. Kurang elok dan tak sesuai
kaidah, kawan...
Masih penasaran dengan Maf’ul Muthlaq…?
📌Jawabannya; Tahan Dulu Penasarannya, Yuk Kita Belajar Bahasa Arab : )
Di mana belajarnya?
Ma'had Umar bin Khattab, Divisi YPIA Yogyakarta
======
🔊 Broadcasted by :
Tim Donasi Dakwah YPIA Yogyakarta
(Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari)
===========
Yuk, Gabung Nasehat Harian Muslimpedia
📲 081223006562 [WhataApp]
» Simpan nomor kami,
» Kirim Pesan via WA,
[Daftar BC - Nama]
📲 D978C956 [BBM]
📲 5CC5DB8E [FULL]
🌏 www.muslim-pedia.com
Silahkan dibagikan........ 4:17
[9:37
AM, 6/6/2017] +62 858-1321-0200: Olahan ikan ada cangkalang
iris.bandeng presto.siomay ikan dan otak otak silahkan klau mau
oder
[1:01 PM, 6/6/2017] Bkp Hombing: Copas dari WA Sebelah.....
No comments:
Post a Comment